Pages

Rabu, 11 April 2012

Siapa Mengenal Dirinya, Dia Mengenal Tuhannya


Nama   : Nurul Hidayati
Kelas   : 4A
Prodi   : BK
MK      : Konseling Agama

Judul                    : Titik ba
Paradigma revolusioner dalam kehidupan dan pembelajaran
Pengarang                        :  Ahmad Thoha Faz
Penerbit                : PT.Mizan Pustaka
Tempat terbit        : Bandung
Cetakan ke           : 1
Tahun terbit          : 2007
Tebal buku           : 464 Halaman

Siapa Mengenal Dirinya, Dia Mengenal Tuhannya
     Buku ini berisi tentang manusia dalam alam semesta. Dalam buku ini mengisahkan tentang mengenal manusia, mengenal Tuhan, fungsi manusia di dunia secara lebih mendalam.
     Manusia merupakan makhluk utama didalam dunia, dan suatu penciptaan yang bersifat istimewa dan mulia. Manusia mempunyai kemauan, ikut campur dalam alam semesta serta mampu untuk memilih dan melawan kehidupan alaminya. Alam semesta merupakan bagian dari manusia, jika manusia menganggap bahwa alam semesta semata-mata bagian darinya maka ia akan terombang-ambing dalam kehidupannya.
     Keberadaan manusia didalam dunia hanya “titik”. Ketika melihat alam semesta yang sangat luas, diri menjadi kecil tak berarti.
     Hidup di dunia tak lebih lama dari pada sehela nafas. Bukankah selain waktu sesaat ini, semua yang pernah kita jalani tidak begitu beda dengan semua yang belum kita jalani. Hidup didunia sangatlah singkat. Waktu berjalan begitu cepatnya. Jika kita perhatikan, keluarga, sahabat, dan orang - orang terdekat kita. Betapa tuanya mereka sekarang ini, bahkan diantara mereka sudah ada yang meninggalkan dunia. Padahal, kemarin mereka masih terlihat begitu sehat dan gagah.
     Kita pada umumnya ingin tinggal selama mungkin didunia. Namun suka atau tidak suka maut pasti akan menjemput kita ke alam kubur. Bila direnungkan
 betapa tak adanya arti dari segala keangkuhan, kesombongan, ambisi, derita, dan kekecewaan kita.
     Manusia hidup di dunia hanya sementara, percuma jika kita hanya menjalaninya, tanpa melakukan banyak hal yang berarti. Ketika kita meninggal kita akan dilahirkan kembali ke alam yang lebih hakiki atau alam akhirat.
     Manusia adalah makhluk yang sadar, manusia tidak mulai bernalar dari alam semesta, tetapi dari diri sebagai satu-kesatuan yang utuh. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kualitas paling menojol, sadar dalam arti manusia mampu menganalisa masing-masing peristiwa serta memahami dunia ini. Manusia mampu untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan dengan menggunakan pengindraan yang dikarunia oleh Tuhan dan manusia mampu menyimpulkannya.
     Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling mulia yaitu manusia memiliki akal, pikiran, dan insting tetapi dengan catatan ia mampu mempergunakan akal, pikiran dan insting dengan benar sesuai dengan tuntutan agama.
     Dunia adalah persepsi kita yang juga dialami orang lain. Sepanjang hidup kita umumnya hanya mengalami realitas, jarang diantara kita yang menyadari dan memikirkannya. Akibatnya pengalaman tidak menimbulkan pengetahuan.
     Sering sekali kita mengalami peristiwa di dunia ini hanya sekedar lewat, tanpa kita peduli apa itu sesungguhnya. Kita sulit sekali untuk mengambil makna dari setiap persitiwa yang kita alami.
     Alam akan memberi jawaban sesuai dengan pertanyaan yang kita ajukan, seperti eksperiment yang dilakukan oleh para ilmuwan.
     Kesadaran adalah hal paling misterius yang dihadapi pengetahuan manusia. Kesadaran merupakan landasan bagi semua makhluk. Kita memiliki tanggung jawab yang sangat besar karena kesadaran kita benar-benar bebas dan dalam beragam tingkatannya. Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan, ia mampu mempelajari, menganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
     Ketika manusia melihat fenomena yang sama, setiap individu akan memperoleh informasi yang berbeda. Kesadaran benar-benar unik dan subjektif sehingga informasi apapun bersifat asimetris. Akibatnya ketika semua orang melihat dunia yang sama tetapi mereka akan menghayati permainan yang berbeda.
     Dunia kita adalah terserah kita. Kenyataan di luar bemacam-macam tetapi kita bebas memilih dan  menentukan seseuai keinginan kita. Jika kita memilih sedih, duniapun mempersilahkan. Jika diri kita mati, dunia yang kita ciptakan pun ikut berakhir.
     Menurut spiritualisme, pusat alam semesta adalah si pengamat itu sendiri, sedangkan pusat alam semesta menurut meterialisme tidaklah penting untuk diketahui.
     Kita tidak dapat mengubah siapapun kecuali diri kita. Kita dapat memilih tindakan namun tak dapat memilih akibat-akibatnya. Karena manusia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Manusia yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam semesta.
     Satu-satunya agar tidak tersiksa adalah kita harus tahu diri, tahu kebebasan dan sekaligus keterbatasan. Orang yang tahu diri secara aktif menanggapi dunia. Sebaliknya, orang yang tidak tahu diri berharap dunia menanggapi dirinya.
     Ketika muncul ke dunia, setiap manusia mengalami penderitaan dengan beragam bentuknya : kesakitan, kekecewaan, keresahan, ketidakpahaman, dan lain-lain. Semua itu berakar pada kesadaran yang sempit sehingga kita melihat kenyataan secara sempit. Bila kesadaran diperluas, kitapun merasa lebih bebas dari impitan masalah yang kita hadapi.
     Tidak ada perubahan apapun dalam diri seseorang tanpa persetujuan hatinya. Hanya kita yang dapat menentukan sikap kita dan mengartikan terhadap hal-hal yang telah kita alami.
     Setiap manusia memiliki hati nurani sebagai perancang gerak kehidupan, jika hati ini baik maka pasti kita akan cenderung melakukan yang baik sebaliknya jika buruk maka cenderung melakukan yang muara terakhirnya akan buruk. Kondisi hati ini perlu sekali kita perbaiki jika tidak maka selamanya kita tidak akan memiliki perubahan yang baik dan pada akhirnya kita menjadi tidak bahagia selama di dunia ini.
     Manusia dilahirkan sebagai makhluk pembelajar. Kita berpeluang terus tumbuh sampai mati, bertumbuh dalam pengetahuan, kebijaksanaan, kepercayaan diri dan lain-lain. Semua unsur itu terletak pada kesadaran kita.
     Kemampuan intuitif kita justru akan berkembang optimal apabila jalan berpikir rasional ditempuh hingga ke ujung, bahkan sampai mengalami jalan buntu. Apabila sungguh-sungguh berpikir, kita pasti akan dikejutkan oleh pemahaman yang bersifat paradoksal (menentang pikiran lazim) yang membuat kita bingung.
Tugas manusia di alam semesta ini adalah untuk beribadah, menjaga, melestariakan, memanfaatkan, mengolah, dan memakmurkan alam semesta ini.
     Apapun masalah yang kita alami, kuncinya selalu berkaitan dengan luas sempitnya atau dalam dangkalnya kesadaran. Bila ditemukan masalah pada kesadaran tertentu, solusinya akan kita dapatkan bila kita tidak berdiam diri pada tingkat kesadaran itu.
     Ada dua cara untuk menyelesaikan masalah. Pertama, kesadaran kita yang diperluas sebagaimana yang dinyatakan Allah kepada Nabi Muhammad (QS.94:1-8). Subjek yang diubah dengan cara (1) memperluas atau memperdalam kesadaran dan (2) mengubah sudut pandang atau prasangka. Kedua, masalahnya yang dipermudah sebagaimana yang dimintakan Nabi Musa kepada Allah (QS. 20:25-27).
     Kita hendaknya belajar lebih terbuka terhadap kebenaran, dan tidak mudah memvonis sesuatu itu tidak masuk akal karena kita sendiri tidak memahaminya.
     Manusia memang secara alamiah sudah mengenal Tuhan, Sebelum manusia lahir, manusia telah dibekali agama. Karena itu kita tidak mungkin menjadi ateis.
     Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat meninggalkan unsur ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan.
     Firasat akan selalu benar bagi orang yang merendahkan pandangannya dari keinginan hawa nafsu, membiasakan wujud batin dan lahiriahnya selaras dengan tuntutan nabi, dan membiasakan diri makan yang halal saja.
     Tidur adalah simulasi kematian. “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan memegang jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang telah ditentukan” (QS 39:42).
     Orang yang tidak menyadari bahwa hidup ini hanya sejenis mimpi berarti dia belum bangun. Sebaiknya, jika kita benar-benar menyadari bahwa sekarang kita sedang bermimpi artinya kita terbangun.
     Kita semua saat ini sebenarnya sedang tidur dan bermimpi. Ketika mati, kita terbangun. Kematian merupakan awal dimulainya realitas hakiki.
     Mengerti berarti mengamalkannya. Jika kita mengamalkan apa yang kita ketahui, menurut Nabi, niscaya Allah akan mewariskan kita hal-hal yang tidak kita ketahui.
     Tindakan adalah langkah terakhir dan penentu dalam seluruh proses pembelajaran. Penelitian tanpa teori adalah buta dan teori tanpa penelitian adalah kosong.
     Maka kita tidak perlu mencemaskan jika ada orang yang berusaha lalu gagal. Sebaliknya, kita harus cemas pada orang yang tidak mau berusaha. Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah keuletan dan keteguhan hati untuk menerjang rintangan-rintangan menuju tujuan.
     Buku ini mampu membuat pembaca untuk  merenungi  mengenai diri kita sebagai manusia, dengan pemikiran yang sederhana tetapi lebih mendalam.
     Banyak sekali kata-kata yang susah dipahami karena menggunakan bahasa kiasan. Sehingga pembaca perlu membaca secara lebih teliti sehingga dapat mengambil makna dari isi buku ini.

0 komentar:

Posting Komentar